Laporan : SB
JAKARTA,poskota.net — Pemain-pemain naturalisasi yang memilih menjadi warga negara Indonesia (WNI) sebenarnya tidak hanya meninggalkan negara asalnya saja, melainkan mereka juga mempertaruhkan karirnya di dunia sepak bola (khususnya eropa)
Apalagi usia mereka rata-rata masih muda dan potensial. Hal ini, mengingat untuk kompetisi Top Eropa ada aturan atau jatah pemain Non-UE (diluar eropa). Dimana setiap liga eropa tersebut berbeda-beda aturannya (regulasinya), antara lainnya;
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Di Liga Spanyol maksimal pemain non-UE maksimal 5 orang. Namun hanya 3 orang yang bisa dibawa atau disebutkan dalam squad saat melakoni pertandingan.
Di Liga Inggris lebih Flexibel, maksimal pemain non-UE yang bisa direkrut adalah 25 orang (catatan untuk pemain U-21 boleh sebanyak-banyaknya yang bisa didaftarkan club), tapi dari 25 orang tersebut hanya 17 orang yang bisa berstatus sebagai pemain Non Home Grown.
Status Home Grown sendiri diperoleh jika pemain dilatih oleh tim yang berafiliasi dengan FA setidaknya kurang lebih 3 tahun sebelum usia mereka menginjak 21 tahun. Pemain-pemain ini tidak harus berkebangsaan Inggris.
Jika di Italy, Seri A memberlakukan aturan hanya bisa merekrut dua pemain non-UE tiap musimnya dan jika ada penambahan pemain baru, slot yang lama harus digantikan. Tapi kini aturannya lebih longgar, tiap musim bisa menambah maksimal 2 orang pemain tanpa harus menghitung jumlah slot yang lama.
Dengan aturan yang ketat tersebut tim-tim eropa akan memaksimalkan slot pemain non-UE dengan mencari pemain-pemain top yang bisa bersaing di liga tersebut. Kebanyakan pemain datang dari Amerika Latin seperti Argentina dan Brasil atau negara-negara yang memiliki ranking FIFA yang lebih kecil.
Mengingat ranking FIFA Indonesia berada di posisi 134 bukan tidak mungkin pemain-pemain naturalisasi tidak akan dilirik tim-tim Top Eropa karena ada pertimbangan yang lebih baik. Seperti sekarang banyak pemain Naturalisasi yang tidak diperpanjang kontraknya, dipinjamkan kemana mana (sampai dipinjamkan ke Asia padahal dulunya dia kapten Tim), ada yang status Home Grown tapi dipinjamkan ke divisi yang lebih rendah dan lainnya.
Hal yang mungkin menyebabkan karir mereka seperti ini, salah satunya Ranking FIFA Indonesia masih diatas 100. Jika tim berpikiran bisnis “jika ada yang lebih baik kenapa harus pilih yang lebih jelek”. Masihkah kalian para NETIZEN meragukan NASIONALISME mereka, mohon tulis di komentar.