Kepala sekolah memiliki sikap arogan dan otoriter, Tidak disillin menggunakan waktu, Tidak pernah terbuka dalam hal pertanggungjawaban dana kegiatan yang bersumber dari partisipasi siswa serta tidak konsisten dalam menentukan keputusan.
Laporan : Robin Silaban
Simalungun,poskota.net – Rismauli hutabarat Pelaksana Tugas (Plt) kepala sekolah SMA N 1 Dolok Panribuan kabupaten Simalungun yang merasa dipitna oleh oknum guru hingga terjadi unjuk rasa sampai melibatkan siswa pada kamis (21/7) lalu akhirnya melakukan sanggahan dan membuka kebobrokan hal yang dianggap biasa terjadi dimasa sebelum kepemimpinannya sebagai kepala sekolah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebelumnya, guru yang diketahui pernah menjabat sebagai Pelaksa harian (Plh) saat melakukan unjuk rasa mengatakan bahwa Rismauli hutabarat selaku kepala sekolah memiliki sikap arogan dan otoriter, Tidak disillin menggunakan waktu, Tidak pernah terbuka dalam hal pertanggungjawaban dana kegiatan yang bersumber dari partisipasi siswa serta tidak konsisten dalam menentukan keputusan. Bahkan ironisnya guru tersebut tega mengatakan penyebab kematian salah seorang guru honor akibat tekanan tekanan yang dilakukan Rismauli.
Merasa kecewa dengan sikap yang dilakukan guru eks Plh tersebut, dalam pertemuan yang diadakan di Aula kantor camat kecamatan Dolok Panribuan dihadiri oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan Davil IV Ramadhan Zuhri Bintang, Bhabinsa, Kantibmas, Camat serta orang tua siswa Rismauli mengingkapkan banyak hal perubahan yang telah ia lakukan, bahkan sampai menghapuskan suatu kebiasaan dalam pengambilan ijazah siswa yang sebelumnya harus dengan cara membayar sebesar Rp300.000. ( Tiga ratus ribu). “Namun itu saya hapuskan” ungkap Risma
RIsma juga memaparkan disaat dirinya menghentikan pengutipan uang di saat pengambilan ijazah, oknum guru itu juga menemuinya dan mengatakan kalau pembayaran pada pengambilan ijazah di hapuskan lalu apa untungnya sebagai kepala sekolah ?
Risma yang memiliki program untuk memajukan sekolah dan mencerdaskan siswa tidak tergiur dengan kebiasaan yang sudah dilakukan eks Plt tersebut.
Terlebih yang paling menyedihkan bagi Risma, ia dituduh menjadi dalang dalam kematian seorang guru honor, melakukan tekanan dan interpensi. Padahal sesungguhnya berdasarkan informasi dimasa hidup guru honor tersebut sudah mengalami suatu penyakit yang dianggap kronis. Hal itu sungguh sangat mengejutkan bagi Risma.
Dengan tudingan yang berbagai macan hingga melakukan propokasi kepada siswa dan orang tua, Risma akhirnya melakukan sanggahan dan menyampaikan perubahan dan kemajuan yang terjadi disekolah dengan.
Mendengar sanggahan yang ucapkan Rismauli, Terlihat hal bungkam mulai terjadi pada peserta yang hadir. Dan Kacabdis pendidikan Davil VI Ramahdan Zuhri Bintang juga mengatakan akan membawa dan membahas persoalan itu ke dinas provinsi.