Laporan Johanes Hutagaol.
BEKASI,poskota.net – Klenteng yang didirikan abad ke-17 atau berkisar 350 tahun lalu,setelah meletusnya pemberontakan buruh yang berujung tragedi pembantaian terhadap etnis Tionghoa oleh kongsi dagang Belanda di Hindia Timur alias VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) pada 1700-an di Batavia ( sekarang Jakarta).
Etnis Tionghoa mundur dan bermigrasi kepinggiran kepinggiran seperti Bekasi. Dinamakan klenteng sesuai nama Dewa utama di klenteng tersebut yaitu Hok Lay Kiong banyak bilang artinya Istana yang mendatangkan rezeki.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Hingga sekarang tetap digunakan sebagai tempat peribadatan oleh masyarakat Cina yang ada di daerah Bekasi. Klenteng Hok Lay Kiong ini sejak dibangun sampai sekarang masih dimanfaatkan sebagai rumah ibadah masyarakat Cina secara terus-menerus, yang dalam ilmu arkeologi dikenal istilah live monument.
Klenteng Hok Lay Kiong terletak dijalan Kenari I kelurahan, kecamatan Bekasi Timur. Lingkungan klenteng terletak di daerah pemukiman yang relatif padat dengan batas-batasnya di sebelah utara Jalan Kenari, sebelah selatan, barat dan timurnya rumah penduduk.
Klenteng memiliki luas areal ± 700 m² dan bangunan klenteng sendiri luasnya 650 m², dan dikelola oleh Yayasan Pancaran Tri Dharma.
Bangunan Klenteng Hok Lay Kiong, telah banyak mengalami perubahan maupun pengembangan, hal ini sesuai dengan perkembangan zaman.
Namun pintu masuk utama tetap dipertahankan dan belum pernah diganti, dengan warna cat sesuai aslinya. Di bagian atas, samping kanan dan kiri pintu masuk utama terlihat papan bertulis. Selain itu ada hiasan yang menggambarkan perjalanan Hian Thian Siang Te mulai dari bertapa, mempelajari dan mendalami ajaran Tao dari ajaran Lou Tze.
Di samping itu atribut klenteng yang masih asli adalah meja untuk penyimpanan peralatan peribadatan. Di bagian depan klenteng terdapat dua tungku yang dibentuk menyerupai pagoda sebagai tempat pembakaran Fu.
Dewa Hok Lay Kiong sebagai Dewa Utama, sehingga namanya dipakai untuk nama klenteng. Arca Dewa Hok Lay Kiong, sebagai dewa utama ditempatkan pada altar utama yaitu di tengah. Sedangkan 4 arca Dewa Pendamping serta 7 Dewa Pengawal, pengiringnya menempati sisi kanan dan kiri.
Di samping menempatkan patung Dewa Hok Lay Kiong pada altar utama, juga terdapat 5 altar lainnya yang diletakkan pada ruang bagian tengah dan belakang, serta tersedia sarana peribadatan penganut kepercayaan Lou Tze atau dewa-dewa masyarakat Cina lainnya.
Klenteng Hok Lay Kiong yang pada dasarnya rumah ibadah bagi pemeluk ajaran Lou Tze dan Kong Hu Chu.